Postingan

Jejak Kaki Dy

Gambar
Seseorang yang hidup di bumi, terkadang tidak pernah memahami kapan dia akan pergi untuk benar-benar pergi meninggalkan indahnya sapaan mentari, perginya sang fajar yang menyingsing ke ufuk barat, dan nikmatnya kedua bola mata yang selalu berkedip mengiringi sang fajar. Cerita ini berawal dari suatu perjalanan seseorang ke lokasi Bukit Tinggi, Tenggarong. Sebut saja dia Dy. Disaat waktu berlibur kuliah yang bertempatkan di Samarinda, Dy mencoba menenangkan pikiran ke kota Tenggarong ke tempat keluarganya, dengan membawa ransel yang sejak lama ia pakai, dengan menggunakan kendaraan bermotor yang cukup tangguh ia memulai perjalanannya. Sesampainya ia di Tenggarong, Dy menyandarkan badannya kesebuah kasur hangat yang telah lama menantinya, dengan menatap ke langit-langit atas ia mencoba untuk memejamkan mata, sesaat setelah dia hampir terlelap untuk tertidur, tibalah seorang di balik pintu mengetuk hingga memanggil namanya, "mas... mas... mas... engkau telah balik ...

Menerjemahkan Suwe Ora Jamu

Lagu suwe ora jamu ini berasal dari Yogyakarta. Dan berirama sendu, lagu ini membuat orang yang mendengarkan akan merasa mengingat kejadian-kejadian yang telah lalu dan merasa kejadian itu di anggap kecewa. Dalam menerjemahkan sebuah lagu dengan satu bahasa ke bahasa lain ini bukanlah suatu persoalan yang tidak rumit dari pada mengangkat gajah menggunakan kedua telapak tangan sendiri. Sebelum menerjemahkan, saya melakukan proses translasi tekstual layaknya proses penerjemahan dan juga cara mengucapkan dengan huruf fonetik. Suwe Ora Jamu Suwe ora jamu                                  (suwe ora jamu) Jamu godhong telo                            (jamu godong telo) Suwe ora ke...

Tentang Pengadilan Puisi

Sejak tahun 50 an hingga sekarang, agaknya kesusastraan Indonesia modern selalu diwarnai oleh perdebatan/polemik yang menyangkut berbagai hal. Pengadilan Puisi Indonesia Mutakhir. “Pengadilan” yang diselenggarakan Yayasan Indonesia ini diadakan di Aula Universitas Parahyangan, Bandung,  8 September 1974 dan diikuti oleh sejumlah pengarang Indonesia. Dalam acara ini, Slamet Kirnanto yang bertindak sebagai “Jaksa” – membacakan “tuntutan”-nya yang berjudul “Saya Mendakwa Kehidupan Puisi Indonesia Akhir-akhir ini Tidak Sehat, Tidak Jelas dan Brengsek!” Jika kita membaca tulisan Darmanto Jt. maupun tulisan (=”tuntutan”) Slamet Kirnanto yang disebut di atas secara tersirat maupun tersurat memang terasa di dalamnya ketidakpuasan terhadap kehidupan puisi Indonesia pada saat itu. Ketidakpuasan itu antara lain menyangkut : (1) system penilaian terhadap puisi Indonesia, (2) kritikus sastra Indonesia, (3) media yang memuat karya sastra Indonesia, dan (4) beberapa penyair Indonesia yang di...

Kisah Yang Pernah Tertelan Masa

Gambar
Salah Satu Pendiri Kota Samarinda: La Mohang Daeng Mangkona Penulis : Waldy Wahyu Iswantara             Secara astronomi wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Samarinda terletak antara 2’ 25’’ LS sampai dengan 1 o 13’ 15’’ LS, dan antara 117 BT sampai dengan 117 o  45’ BT. Letak geografis daerah ini berada di sepanjang Sungai Mahakam melebar ke daratan antara 10 sampai 16 km (Ars, 1986: 1). Pada kunjungan saya bersama rekan mahasiswa dan dosen saya ingin mendapati informasi tentang La Mohang Daeng Mangkona (8 januari 2017), kami mulai berkumpul pada jam 8.00 wita di Fakultas Ilmu Budaya, dan berangkat sekitar jam 09.30 wita, dan sampai di tempat sekitar jam 10.15 wita, sesampainya disana kami memulai dengan penghormatan/berdoa di makam Lamohang Daeng Mangkona, dengan juru kunci yang ke-3 yaitu Bapak Abdillah, dan beliau menceritakan perjalanan La Mohang Daeng Mangkona, serta kami yang mengajukan pertanyaan. Dan saya a...

Sebuah Hitungan Yang Terlantar

Dentuman suara anak yang sedang menghitung dengan sangat keras mengiringi irama kaki saya yang ingin menuju pada persembunyian jauh tak terlihat oleh siapapun. Dimana ada sebuah bola yang di letakkan pada garis lingkaran yang tertulis di atas bidang tanah yang cukup luas dengan seorang anak yang sedang jongkok sambil menundukkan kepala juga menutup mata. Anak itu terenyuh dalam lamunnya sambil menghitung dengan sangat keras, lalu tiba-tiba tiada orang satu pun yang ada disana selain kehampaan sejenak, hingga tersadar lalu mencari teman-teman lainnya. Cerita ini saya ambil dari cerita saya sendiri saat itu usia saya masih kecil sekitar 8 tahun, masih bergulat dengan canda tawa yang tidak lepas dari wajah riang gembira dari lengkungan bulan sabit yang terbentuk dari bibir manis. Sebutlah permainan rakyat, menurut buku yang berjudul “PERMAINAN RAKYAT” karya Drs. AZWAR , Permainan rakyat sebagai salah satu unsur daripada kebudayaan bangsa yang perlu diselamatkan, di mana dewasa ini suda...